إحياء العربية : السنة الثالثة العدد 2 يوليو -

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "إحياء العربية : السنة الثالثة العدد 2 يوليو -"

Transkripsi

1 217 إحياء العربية : السنة الثالثة العدد 2 يوليو - ديسمبر STRUKTUR FREKUENSI DALAM BAHASA ARAB PADA MODUS KALIMAT DEKLARATIF, INTEROGATIF, DAN IMPERATIF OLEH PEMBELAJAR BAHASA ARAB KOTA MEDAN Khoirul Jamil Fakultas Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Sumatera Utara Medan ABSTRAK Tulisan ini merupakan hasil penelitian terhadap struktur frekuensi dalam Bahasa Arab (BA) berkaitan dengan modus kalimat deklaratif, kalimat interogatif, dan kalimat imperatif yang diteliti dengan menggunakan program Praat. Dalam menentukan struktur di atas, tahapan yang harus dilakukan, yaitu seleksi korpus data, pengukuran frekuensi pada tuturan yang dijadikan kalimat target, dan deskripsi alir nada (pitch movement) yang biasa disebut local attributes yang membentuk struktur nada (pitch contours) atau yang biasa disebut global attributes. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah fonetik akustik, yaitu dalam hal ini dari segi frekuensi. Kata Kunci: fonetik akustik dan modus kalimat deklaratif, interogatif, dan imperatif A. LATAR BELAKANG Penutur bahasa bukan merupakan kumpulan manusia yang homogen, sehingga wujud bahasa yang dihasilkan oleh penutur menjadi beragam dan bervariasi. Variasi atau ragam bahasa terjadi tidak hanya disebabkan oleh penuturnya, tetapi juga oleh kegiatan interaksi sosial mereka yang sangat beragam. Variasi atau ragam bahasa dibedakan sesuai dengan penutur dan penggunaannya. Apabila melihat keadaan penutur, hal itu berarti bahwa kita melihat siapa yang menggunakan bahasa itu, di mana tinggalnya, bagaimana kedudukan sosialnya di dalam masyarakat, apa jenis kelaminnya, dan kapan bahasa itu digunakannya. Apabila melihat penggunaannya, hal itu berarti bahwa kita melihat fungsi bahasa tersebut untuk apa, dalam bidang apa, dan bagaimana situasi keformalannya. Keragaman bahasa atau variasi bahasa adalah adanya hubungan antara bentuk-bentuk bahasa tertentu dengan penggunaannya untuk fungsi-fungsi tertentu di dalam masyarakat (Chaer, 1995:85). Tulisan ini merupakan hasil penelitian terhadap struktur frekuensi dalam Bahasa Arab berkaitan dengan modus kalimat deklaratif, kalimat interogatif, dan kalimat imperatif yang diteliti dengan menggunakan program Praat. B. RUMUSAN MASALAH Setelah memaparkan beberapa pokok permasalahan dalam penuturan dan bunyi ujaran bahasa Arab yang dihasilkan oleh pembelajar secara umum di Medan dan khususnya pembelajar bahasa Arab maka ditemukan masalah yang perlu dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimanakah frekuensi tuturan pembelajar bahasa Arab pada modus interogatif, deklaratif dan imperatif? 2. Bagaimanakah frekuensi tuturan penutur asli bahasa Arab pada modus interogatif, deklaratif dan imperatif? 1

2 Khairul Jamil : struktur frekuensi dalam bahasa Arab pada modus kalimat deklaratif, interogatif, dan imperatif oleh pembelajar bahasa arab kota medan C. LANDASAN TEORITIS Frekuensi 1 bunyi menentukan tinggi atau rendahnya nada sebuah bunyi. Dengan kata lain, frekuensi bunyi adalah jumlah getaran dalam waktu satu detik (Lehiste, 197:61; Johnson, 23:7). Frekuensi menentukan titik nada atau nada. Adalah satu hal yang sangat sulit untuk mendeskripsikan secara konkrit tentang bunyi sebab bunyi dapat diujarkan tetapi tidak dapat diamati secara akurat. Akan tetapi, dari sudut pandang ilmu fisika, bunyi dapat diukur dan digambarkan dalam bentuk grafik yang menggambarkan gelombang sinusoidal, yaitu gelombang yang berulang-ulang (Hayward, 2:26) sehingga bunyi dapat dijelaskan sebagai suatu rangkaian siklus (cycle). Titik nada disebut juga intonasi yang memiliki sistem tingkatan naik dan turun bunyi serta keragaman pada rangkaian nada ujaran di dalam bahasa. (Siregar 2). Frekuensi adalah jumlah siklus per detik dan direpresentasikan dengan huruf F atau huruf kecil f. Terdapat hubungan yang penting antara F dan T, yaitu periode atau waktu gelombang (Lieberman, 1972:7; Lapoliwa, 1988:47) sebagai berikut. f X T = 1, yang berarti bahwa f = 1/T, dan T = 1/f Dalam studi intonasi, frekuensi fundamental (Fo) lebih relevan diukur dengan perhitungan logaritma. Ukuran logaritma disebut Semiton (st) (Nooteboom, 1999:644). gi Fo yang semula dalam ukuran Hertz (Hz) dikonversikan ke dalam ukuran Semiton (st) dengan rumus sebagai berikut: F(st)= (12 Log(2)) (Log(FHz/FRef)) Nada suara dapat menunjukkan jenis kelamin seseorang, suara laki-laki biasanya lebih rendah daripada suara perempuan, dan nada suara orang dewasa lebih rendah daripada nada suara anak-anak. Frekuensi fundamental penutur laki-laki berkisar antara 6 Hz dan 24 Hz, penutur perempuan berkisar antara 18 Hz dan 4 Hz. Rata-rata frekuensi fundamental laki-laki mendekati 12 Hz, perempuan 22 Hz, dan anak-anak 265 Hz (Cruttenden 1997:3). Nada suara dapat juga menunjukkan emosi pembicara 2, ketika marah nada suara biasanya tinggi tajam; ketika sedang susah, nada suara biasanya agak rendah; dan ketika sedang gembira, nada suara biasanya agak tinggi. Titi nada atau disebut juga intonasi merupakan sistem tingkatan (naik dan turun) serta keragaman rangkaian nada ujaran di dalam bahasa (Siregar, 2). D. METODE PENELITIAN Metode penelitian dalam penelitian ini menggunakan metode eksperimental dan korelasional. Variabel utama penelitian ini adalah ciri akustik dan variasi sosiolinguistik. 1 Ridwan (26:292) berpendapat bahwa frekuensi (frequency) atau angka osilasi (number of oscillation) antara titik tertinggi dan terendah dari tekanan udara. Frekuensi yang mungkin didengar oleh telinga manusia adalah antara cycles per second (c/sec) untuk titik terendah dan c/sec untuk titik tertinggi. 2 Moore (1999:555) berpendapat bahwa nada suara dapat memperlihatkan informasi jenis kelamin penutur, usia, dan emosi penutur. 2

3 217 إحياء العربية : السنة الثالثة العدد 2 يوليو - ديسمبر Variasi sosiolinguistik seperti (1) jenis kelamin (laki-laki dan perempuan), (2) penutur asli bahasa Arab. Dalam menentukan struktur di atas, tahapan pertama yang harus dilakukan adalah seleksi korpus data. Data-data yang telah dikumpulkan diseleksi dengan cara melakukan analisis suara tuturan kalimat deklaratif, interogatif, dan imperatif yang sebelumnya telah didigitalisasi dalam bentuk sinyal akustik suara dalam aplikasi praat. Sinyal akustik suara yang paling bersih (clear), tidak ada noise, dalam arti sinyal yang benar-benar representatif dijadikan acuan dasar dalam penentuan kalimat target. Kalimat target ini merupakan kalimat yang dijadikan dasar dalam proses eksperimen dan juga dalam pembuatan stimulus. Stimulus sendiri merupakan modifikasi tuturan yang diformulasi dalam aplikasi praat berdasarkan kerangka kontur khusus yang dikehendaki. Tahapan kedua, dilakukan pengukuran frekuensi pada tuturan yang dijadikan kalimat target. Frekuensi dideskripsikan berdasarkan posisinya dalam sebuah tuturan, yaitu posisi di awal tuturan, posisi di akhir tuturan, posisi paling tinggi, dan posisi paling rendah berdasarkan kelompok masing-masing. Kelompok yang dimaksud adalah kelompok berdasarkan jenis tuturan kalimat deklaratif, interogatif, dan imperatif. Penentuan frekuensi berarti penentuan struktur melodik suatu tuturan. Rerata frekuensi juga ditentukan berdasarkan posisinya dalam sebuah tuturan, yaitu nada dasar (frekuensi dasar), nada final (frekuensi final), puncak nada (frekuensi atas), dan nada rendah (frekuensi bawah). Kemudian, pengertian dasar nada dasar adalah hasil pengukuran nada yang mengawali sebuah tuturan. Nada final adalah hasil pengukuran nada yang mengakhiri sebuah tuturan. Puncak nada adalah hasil pengukuran nada tertinggi dalam sebuah tuturan. Nada rendah adalah hasil pengukuran nada terendah dalam sebuah tuturan, diukur dengan frekuensi. ak a l t u a l a r u z z a ma'aadda j a j i f i a lga d a i E. HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam penelitian ini dipilih tiga kalimat target. Tiga kalimat ini dijadikan dasar dalam pemerian kontur nada beserta pembuatan kalimat yang telah distilisasi. Ketiga kalimat dipilah berdasarkan penutur, yaitu penutur laki-laki, penutur wanita, dan penutur asli Arab. Ketiga korpus data kalimat yang dipilih dalam penelitian ini antara lain: a. Kalimat Deklaratif [akaltu al aruzza maʕa aldajāji fī alɣadāi ] ak a l t u a l a r u z z a ma'aadda j a j i f i a lga d a i Gambar 1. nada pembelajar BA perempuan Gambar di atas menunjukkan kontur nada atau intonasi ujaran tertinggi terdapat pada bunyi vokal [ a ] dari kata [alaruzza]. Terjadinya sistem tingkatan naik dan turun bunyi pada modus tuturan ini dapat menghasilkan tempo bunyi mencapai 4.62 md. 3

4 Khairul Jamil : struktur frekuensi dalam bahasa Arab pada modus kalimat deklaratif, interogatif, dan imperatif oleh pembelajar bahasa arab kota medan ak a l t u a l a r u z z a ma'aadda j a j i f i a lga d a i Gambar 2. Sinyal Akustik pembelajar BA perempuan Modus tuturan deklaratif [akaltu alaruzza maʕa aldajāji fī alɣadāi] yang dituturkan oleh pembelajar BA laki-laki pada setiap kata telah memperoleh durasi yang berbeda. Namun rentang durasi yang paling lama adalah bunyi vokal [ a ] pada kata [alaruzza] dan menghasilkan total durasi mencapai 4.62 md a k a l t u a l a r u z z a maaadd a j a j i f i a l g h a d a i ak a l t u a l a r u z z a ma'aadda j a j i f i a lga d a i Gambar 3. nada pembelajar BA laki-laki Gambar di atas menunjukkan kontur nada atau intonasi ujaran tertinggi terdapat pada bunyi vokal [ i ] dari kata [aldajāji]. Terjadinya sistem tingkatan naik dan turun bunyi pada modus tuturan ini dapat menghasilkan tempo bunyi mencapai 3.63 md. a k a l t u a l a r u z z a maaadd a j a j i f i a l g h a d a i a k a l t u a l a r u z z a maaadd a j a j i f i a l g h a d a i Gambar 4. Sinyal Akustik pembelajar BA laki-laki Modus tuturan deklaratif [akaltu alaruzza maʕa aldajāji fī alɣadāi] yang dituturkan oleh pembelajar BA laki-laki pada setiap kata telah memperoleh durasi yang berbeda. Namun rentang durasi yang paling lama adalah bunyi vokal [ i ] pada kata [aldajāji] dan menghasilkan total durasi mencapai 3.63 md. a k a l t u a l a r u zz a ma ' a a d d a j a j i f i a l g a d a i Gambar 5. nada penutur asli Arab 4

5 217 إحياء العربية : السنة الثالثة العدد 2 يوليو - ديسمبر Gambar di atas menunjukkan kontur nada atau intonasi ujaran tertinggi terdapat pada bunyi vokal [ a ] dari kata [alɣadāi]. Terjadinya sistem tingkatan naik dan turun bunyi pada modus tuturan ini dapat menghasilkan tempo bunyi mencapai 2.33 md. a k a l t u a l a r u zz a ma ' a a d d a j a j i f i a l g a d a i Gambar 6. Sinyal Akustik penutur asli Arab Modus tuturan deklaratif [akaltu alaruzza maʕa aldajāji fī alɣadāi] yang dituturkan oleh penutur asli Arab pada setiap kata telah memperoleh durasi yang berbeda. Namun rentang durasi yang paling lama adalah bunyi vokal [ i ] pada kata [aldajāji] dan menghasilkan total durasi mencapai 2.33 md. b. Kalimat Interogatif [matā yaðhabu Aħmad ilā alsūqi?] m a t a y a z h a b u a h m a d u i l a a s u g i Gambar 7. nada pembelajar BA laki-laki Gambar di atas menunjukkan kontur nada atau intonasi ujaran tertinggi terdapat pada bunyi vokal [ u ] dari kata [yaðhabu]. Terjadinya sistem tingkatan naik dan turun bunyi pada modus tuturan ini dapat menghasilkan tempo bunyi mencapai 2.58 md. m a t a y a z h a b u a hm a d i l a a s s u q i Gambar 8. Sinyal Akustik pembelajar BA laki-laki Modus tuturan deklaratif [matā yaðhabu Aħmad ilā alsūqi] yang dituturkan oleh pembelajar BA laki-laki pada setiap kata telah memperoleh durasi yang berbeda. Namun rentang durasi yang paling lama adalah bunyi vokal [ i ] pada kata [ilā] dan menghasilkan total durasi mencapai 1.8 md. 5

6 Khairul Jamil : struktur frekuensi dalam bahasa Arab pada modus kalimat deklaratif, interogatif, dan imperatif oleh pembelajar bahasa arab kota medan m a t a y a z h a b u a h m a d u i l a a s s u q i Gambar 9. nada pembelajar BA perempuan Gambar di atas menunjukkan kontur nada atau intonasi ujaran tertinggi terdapat pada bunyi vokal [ a ] dari kata [matā]. Terjadinya sistem tingkatan naik dan turun bunyi pada modus tuturan ini dapat menghasilkan tempo bunyi mencapai 2.81 md. m a t a y a z h a b u a h m a d u i l a a s s u q i Gambar 1. Sinyal Akustik pembelajar BA perempuan Modus tuturan deklaratif [matā yaðhabu Aħmad ilā alsūqi] yang dituturkan oleh pembelajar BA perempuan pada setiap kata telah memperoleh durasi yang berbeda. Namun rentang durasi yang paling lama adalah bunyi vokal [ a ] pada kata [matā] dan menghasilkan total durasi mencapai 2.81 md. m a t a y a z h a b u a hm a d i l a a s s u q i Gambar 11. nada penutur asli Arab Gambar di atas menunjukkan kontur nada atau intonasi ujaran tertinggi terdapat pada bunyi vokal [ a ] dari kata [ilā]. Terjadinya sistem tingkatan naik dan turun bunyi pada modus tuturan ini dapat menghasilkan tempo bunyi mencapai 1.77 md. m a t a y a z h a b u a hm a d i l a a s s u q i Gambar 12. Sinyal Akustik penutur asli Arab Modus tuturan deklaratif [matā yaðhabu Aħmad ilā alsūqi] yang dituturkan oleh penutur asli Arab pada setiap kata telah memperoleh durasi yang berbeda. Namun rentang durasi yang paling lama adalah bunyi vokal [ a ] pada kata [ilā] dan menghasilkan total durasi mencapai 1.77 md. 6

7 217 إحياء العربية : السنة الثالثة العدد 2 يوليو - ديسمبر c. Kalimat Imperatif [ χuð hāðā alkitāba yā ʕuθmān!] k h u z h a z a l k i t a b a y a u s m a n Gambar 13. nada pembelajar BA laki-laki Gambar di atas menunjukkan kontur nada atau intonasi ujaran tertinggi terdapat pada bunyi vokal [ a ] dari kata [yā]. Terjadinya sistem tingkatan naik dan turun bunyi pada modus tuturan ini dapat menghasilkan tempo bunyi mencapai 2.69 md. k h u z h a z a l k i t a b a y a u s m a n Gambar 14. Sinyal Akustik pembelajar BA laki-laki Modus tuturan deklaratif [χuð hāðā alkitāba yā ʕuθmān!] yang dituturkan oleh pembelajar BA laki-laki pada setiap kata telah memperoleh durasi yang berbeda. Namun rentang durasi yang paling lama adalah bunyi vokal [ a ] pada kata [yā] dan menghasilkan total durasi mencapai 2.69 md. k h u z h a z a l k i t a b a y a u s m a n Gambar 15. nada pembelajar BA perempuan Gambar di atas menunjukkan kontur nada atau intonasi ujaran tertinggi terdapat pada bunyi vokal [ a ] dari kata [yā]. Terjadinya sistem tingkatan naik dan turun bunyi pada modus tuturan ini dapat menghasilkan tempo bunyi mencapai 2.44 md. 7

8 Khairul Jamil : struktur frekuensi dalam bahasa Arab pada modus kalimat deklaratif, interogatif, dan imperatif oleh pembelajar bahasa arab kota medan k h u z h a z a l k i t a b a y a u s m a n Gambar 16. Sinyal Akustik pembelajar BA perempuan Modus tuturan deklaratif [χuð hāðā alkitāba yā ʕuθmān!] yang dituturkan oleh pembelajar BA perempuan pada setiap kata telah memperoleh durasi yang berbeda. Namun rentang durasi yang paling lama adalah bunyi vokal [ a ] pada kata [yā] dan menghasilkan total durasi mencapai 2.44 md. k h u z h a z a a l k i t a b a y a u s m a n Gambar 17. nada penutur asli Arab Gambar di atas menunjukkan kontur nada atau intonasi ujaran tertinggi terdapat pada bunyi vokal [ a ] dari kata [usmān]. Terjadinya sistem tingkatan naik dan turun bunyi pada modus tuturan ini dapat menghasilkan tempo bunyi mencapai 1.69 md. k h u z h a z a a l k i t a b a y a u s m a n Gambar 18. Sinyal Akustik penutur asli Arab Modus tuturan deklaratif [χuð hāðā alkitāba yā ʕuθmān!] yang dituturkan oleh penutur asli Arab pada setiap kata telah memperoleh durasi yang berbeda. Namun rentang durasi yang paling lama adalah bunyi vokal [ a ] pada kata [usmān] dan menghasilkan total durasi mencapai 1.69 md. d. Frekuensi Tuturan Kalimat Deklaratif Bagian ini membahas mengenai frekuensi tuturan kalimat deklaratif. Terdapat satu tuturan kalimat deklaratif. Frekuensi tuturan kalimat deklaratif terdiri atas tiga tuturan. Masing-masing tuturan diukur frekuensinya, berdasarkan frekuensi dasar, frekuensi akhir, frekuensi tinggi, dan frekuensi rendah. 8

9 217 إحياء العربية : السنة الثالثة العدد 2 يوليو - ديسمبر i. [akaltu al aruzza maʕa aldajāji fī alɣadāi] yang dituturkan pembelajar BA laki-laki Ren ii. [akaltu al aruzza maʕa aldajāji fī alɣadāi] yang dituturkan pembelajar BA perempuan Ren iii. [akaltu al aruzza maʕa aldajāji fī alɣadāi ] yang dituturkan penutur asli Arab Ren Berdasarkan tabel di atas, dapat dibandingkan tiga frekuensi tuturan kalimat deklaratif [akaltu al aruzza maʕa aldajāji fī alɣadāi] yang dituturkan oleh tiga orang penutur, yaitu dari penutur pembelajar BA laki-laki, pembelajar BA perempuan, dan penutur asli Arab. Pada penutur laki-laki (1111) memiliki frekuensi dasar 14,193 Hz, frekuensi final 13,492 Hz, frekuensi tinggi 15,594 Hz, frekuensi rendah 119,528 Hz, dan durasi temporal 4,6259 detik. Pada penutur perempuan (3211) memiliki frekuensi dasar 27,994 Hz, frekuensi final 231,94 Hz, frekuensi tinggi 261,49 Hz, frekuensi rendah 16,334 Hz, dan durasi temporal 3,632 detik. Apabila dibandingkan antara kedua penutur ini diperoleh hasil bahwa untuk frekuensi dasar yang lebih tinggi terletak pada penutur perempuan, pada frekuensi final yang lebih tinggi terdapat pada penutur perempuan, pada frekuensi tinggi yang lebih tinggi adalah penutur perempuan, pada frekuensi rendah penutur yang terendah adalah penutur perempuan, dan durasi temporal yang lebih lama terdapat pada penutur laki-laki. Pada penutur asli Arab (5311) memiliki frekuensi dasar Hz, frekuensi final Hz, frekuensi tinggi Hz, frekuensi rendah Hz, dan durasi temporal detik. Apabila dibandingkan antara dua penutur pembelajar BA dengan penutur asli Arab diperoleh hasil bahwa frekuensi dasar yang lebih tinggi terletak pada penutur asli Arab. Dengan demikian, frekuensi dasar penutur asli Arab lebih tinggi daripada penutur pembelajar BA. Akan tetapi, sebaliknya pada frekuensi final yang lebih tinggi terdapat pada pembelajar BA perempuan. Untuk frekuensi tinggi yang lebih tinggi adalah penutur asli Arab. Pada frekuensi rendah penutur yang terendah adalah pembelajar BA perempuan. Akan tetapi, pada durasi temporal yang lebih lama terdapat pada pembelajar BA laki-laki. Berdasarkan analisis di atas dapat disimpulkan bahwa frekuensi dasar oleh penutur asli Arab lebih tinggi bila dibandingkan dengan pembelajar BA, akan tetapi untuk frekuensi final, frekunesi tinggi ternyata pembelajar BA lebih tinggi. Begitu juga untuk frekuensi rendah, ternyata pembelajar BA lebih rendah frekuensinya, dan untuk durasi pembelajar BA lebih lama daripada penutur asli Arab. 9

10 Khairul Jamil : struktur frekuensi dalam bahasa Arab pada modus kalimat deklaratif, interogatif, dan imperatif oleh pembelajar bahasa arab kota medan e. Frekuensi Tuturan Kalimat Interogatif i. [matā yaðhabu Aħmad ilā alsūqi ] yang dituturkan pembelajar BA laki-laki Ren ii. iii. [matā yaðhabu Aħmad ilā alsūqi] yang dituturkan pembelajar BA perempuan Ren [matā yaðhabu Aħmad ilā alsūqi] yang dituturkan penutur asli Arab Ren Berdasarkan tabel di atas, dapat dibandingkan tiga frekuensi tuturan kalimat interogatif [matā yaðhabu Aħmad ilā alsūqi] yang dituturkan oleh tiga orang penutur, yaitu penutur pembelajar BA laki-laki, penutur perempuan, dan penutur asli Arab. Pada pembelajar BA laki-laki memiliki frekuensi dasar Hz, frekuensi final Hz, frekuensi tinggi Hz, frekuensi rendah Hz, dan durasi temporal detik. Pada pembelajar BA perempuan (3221) memiliki frekuensi dasar Hz, frekuensi final Hz, frekuensi tinggi Hz, frekuensi rendah Hz, dan durasi temporal detik. Apabila dibandingkan antara kedua penutur ini diperoleh hasil bahwa untuk frekuensi dasar, frekuensi final, dan frekuensi tinggi yang lebih tinggi terletak pada pembelajar BA perempuan. Pada frekuensi rendah penutur yang terendah adalah pembelajar BA laki-laki dan durasi temporal yang lebih lama terdapat pada pembelajar BA perempuan. Pada penutur asli Arab memiliki frekuensi dasar Hz, frekuensi final Hz, frekuensi tinggi Hz, frekuensi rendah Hz, dan durasi temporal detik. Berdasarkan analisis di atas dapat disimpulkan bahwa frekuensi dasar, pembelajar BA lebih besar. Untuk frekuensi final dan frekuensi tinggi, penutur asli Arab lebih besar dibandingkan dengan pembelajar BA. Pada frekuensi rendah pembelajar BA yang lebih rendah frekuensinya, begitu juga dari segi durasi temporalnya, pembelajar BA lebih lama 1

11 217 إحياء العربية : السنة الثالثة العدد 2 يوليو - ديسمبر f. Frekuensi Tuturan Kalimat Imperatif i. [χuð hāðā alkitāba yā ʕuθmān!] yang dituturkan pembelajar BA laki-laki Ren ii. iii. [χuð hāðā alkitāba yā ʕuθmān!] yang dituturkan pembelajar BA perempuan Ren [ χuð hāðā alkitāba yā ʕuθmān!] yang dituturkan penutur asli Arab Ren Berdasarkan tabel di atas, dapat dibandingkan tiga frekuensi tuturan kalimat imperatif [khuz hāzāl kitāba yā usmān] yang dituturkan oleh tiga orang penutur, yaitu penutur pembelajar BA laki-laki, penutur perempuan, dan penutur asli Arab. Pada pembelajar BA laki-laki memiliki frekuensi dasar Hz, frekuensi final Hz, frekuensi tinggi Hz, frekuensi rendah Hz, dan durasi temporal detik. Pada pembelajar BA perempuan memiliki frekuensi dasar Hz, frekuensi final Hz, frekuensi tinggi Hz, frekuensi rendah Hz, dan durasi temporal detik. Apabila dibandingkan antara kedua pembelajar BA ini diperoleh hasil bahwa untuk frekuensi dasar, frekuensi final, dan frekuensi tinggi yang lebih tinggi terletak pada pembelajar BA perempuan. Pada frekuensi rendah penutur yang terendah adalah pembelajar BA laki-laki, dan begitu juga pada durasi temporal yang lebih lama terdapat pada pembelajar BA laki-laki. Pada penutur asli Arab memiliki frekuensi dasar Hz, frekuensi final Hz, frekuensi tinggi Hz, frekuensi rendah Hz, dan durasi temporal detik. Berdasarkan analisis di atas dapat disimpulkan bahwa frekuensi dasar dan frekuensi tinggi penutur asli Arab lebih tinggi bila dibandingkan dengan pembelajar BA, akan tetapi untuk frekuensi final ternyata pembelajar BA lebih tinggi. Untuk frekuensi rendah, ternyata penutur asli Arab lebih rendah frekuensinya, dan untuk durasi pembelajar BA lebih lama daripada penutur asli Arab. F. Temuan Frekuensi Kalimat Deklaratif, Interogatif Dan Imperaktif Berdasarkan analisis di atas, ditemukan bahwa pada kalimat deklaratif, yaitu [akaltu al aruzza maʕa aldajāji fī alɣadāi] penutur asli Arab frekuensi dasarnya lebih besar 11

12 Khairul Jamil : struktur frekuensi dalam bahasa Arab pada modus kalimat deklaratif, interogatif, dan imperatif oleh pembelajar bahasa arab kota medan dibandingkan dengan pembelajar BA. Pada kalimat ini frekuensi final dan frekuensi tinggi justru pembelajar BA lebih besar dibandingkan dengan penutur asli Arab. Pada analisis untuk kalimat interogatif, yaitu [ matā yaðhabu Aħmad ilā alsūqi] ditemukan bahwa untuk frekuensi dasar justru pembelajar BA lebih besar dibandingkan penutur asli Arab. Akan tetapi, untuk frekuensi final dan frekunesi tinggi ternyata penutur asli Arab lebih besar temponya daripada pembelajar BA. Pada frekuensi rendah kalimat dituturkan oleh pembelajar BA lebih rendah daripada penutur asli Arab. Begitu juga pada durasi temporalnya, kalimat dituturkan oleh pembelajar BA lebih lama daripada penutur asli Arab. Pada analisis kalimat imperatif [χuð hāðā alkitāba yā ʕuθmān ] ditemukan bahwa pada frekuensi dasar penutur asli Arab lebih besar bila dibandingkan dengan pembelajar BA, akan tetapi untuk frekuensi final dan frekunesi tinggi ternyata pembelajar BA lebih tinggi. Begitu juga untuk frekuensi rendah, ternyata pembelajar BA lebih rendah frekuensinya, dan untuk durasi temporal pembelajar BA lebih lama daripada penutur asli Arab. Dari tiga jenis kalimat, yaitu deklaratif, interogatif, dan imperatif, ternyata penutur asli Arab lebih besar frekuensi dasarnya pada kalimat deklaratif dan imperatif. Sedangkan pada kalimat interogatif, frekuensi dasarnya lebih besar oleh pembelajar BA. Akan tetapi, kesemua jenis kalimat durasi temporalnya lebih lama dituturkan oleh pembelajar BA. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 1 Frekuensi tuturan kalimat Deklaratif, Interogatif dan Imperatif Ren Grafik 1 Tuturan Kalimat Deklaratif [akaltu al aruzza maʕa aldajāji fī alɣadāi] 12

13 217 إحياء العربية : السنة الثالثة العدد 2 يوليو - ديسمبر Grafik 2 Tuturan Kalimat Interogatif [matā yaðhabu Aħmad ilā alsūqi?] Grafik 3 Tuturan Kalimat Imperatif [χuð hāðā alkitāba yā ʕuθmān!] G. Kesimpulan Berdasarkan analisis terhadap tiga kalimat, yaitu kalimat deklartif, interogatif, dan imperatif, yang dianalisis berdasarkan struktur frekuensi dari tiga orang penutur, yaitu dua penutur pembelajar BA (laki-laki dan perempuan) dan satu orang penutur Arab, yang merupakan penutur asli kalimat yang menjadi target, maka berikut ini merupakan simpulan dari hasil analisis tersebut. Struktur Frekuensi tiga jenis kalimat, yaitu deklaratif, interogatif, dan imperatif, ternyata penutur asli Arab lebih besar frekuensi dasarnya pada kalimat deklaratif dan imperatif. Sedangkan pada kalimat interogatif, frekuensi dasarnya lebih besar oleh pembelajar BA. Akan tetapi, kesemua jenis kalimat durasi temporalnya lebih lama dituturkan oleh pembelajar BA. 13

14 Khairul Jamil : struktur frekuensi dalam bahasa Arab pada modus kalimat deklaratif, interogatif, dan imperatif oleh pembelajar bahasa arab kota medan H. DAFTAR PUSTAKA Chaer, Abdul dan Leonie Agustina Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Jakarta: Rineka Cipta. Cruttenden, Alan Intonation. Cambridge: Cambridge University Press. Crystal, David The Cambridge Encyclopedia of Language. New York: Cambridge University Press. Hayward, Katrina. 2. Experimental Phonetics. Great Britain: Pearson Education. Lehiste, Ilse Suprasegmentals. Cambridge: The MIT Press. Moore, Brian C.J Aspects of Auditory Processing Related to Speech Perception. Dalam Hardcastle, William J. and John Laver The Handbook of Phonetics Sciences. Oxford: Basil Blackwell. Ridwan, T.A. 26. Bahasa Linguistik. P.T. Mestika. Jakarta Siregar, Bahren Umar. 2. Fungsi Pragmatika Intonasi di Dalam Bahasa Indonesia: Suatu Kajian Awal. Dalam Jurnal Linguistik Indonesia No 1. Sugiyono. 23. Pemarkah Prosodik Kontras Deklaratif dan Interogatif Bahasa Melayu Kutai: Kajian Fonetik Eksperimental dan Psikoakustik. Disertasi Universitas Indonesia van Heuven, Vincent J Introducing Prosodic Phonetics. Dalam Ode, Cecilia and Vincent J.van Heuven (eds.) Experimental Studies of Indonesian Prosody (Semaian 9). Leiden: Rijksuniversiteit te Leiden 14

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pengantar Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif, yaitu menggunakan metode lapangan dan kepustakaan. Metode lapangan digunakan

Lebih terperinci

FREKUENSI DAN DURASI KALIMAT BAHASA INDONESIA 1

FREKUENSI DAN DURASI KALIMAT BAHASA INDONESIA 1 FREKUENSI DAN DURASI KALIMAT BAHASA INDONESIA 1 Henry Yustanto Prodi Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sebelas Maret henryyustanto@yahoo.com Abstrak Bahasa adalah salah satu alat komunikasi

Lebih terperinci

KEMAHIRAN BERBAHASA INDONESIA PENUTUR KOREA: KAJIAN PROSODI DENGAN PENDEKATAN FONETIK EKSPERIMENTAL

KEMAHIRAN BERBAHASA INDONESIA PENUTUR KOREA: KAJIAN PROSODI DENGAN PENDEKATAN FONETIK EKSPERIMENTAL 52 KEMAHIRAN BERBAHASA INDONESIA PENUTUR KOREA: KAJIAN PROSODI DENGAN PENDEKATAN FONETIK EKSPERIMENTAL THE SKILL OF KOREAN SPEAKERS IN INDONESIAN LANGUAGE: PROSODY STUDY USING AN EXPERIMENTAL PHONETICS

Lebih terperinci

STRUKTUR MELODIK BAHASA INDONESIA. Sugiyono Pusat Bahasa, Depdiknas RI ABSTRACT

STRUKTUR MELODIK BAHASA INDONESIA. Sugiyono Pusat Bahasa, Depdiknas RI   ABSTRACT STRUKTUR MELODIK BAHASA INDONESIA Sugiyono Pusat Bahasa, Depdiknas RI Email: sh_sugiyono@indo.net.id ABSTRACT The study describes the melodic structure of Indonesian language carried out in two experiments:

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 0 BAB METODOLOGI PENELITIAN. Ancangan Penelitian Ancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ancangan IPO (Instituut voor Perceptie Onderzoek). Ancangan IPO (dalam t Hart et. al. 0:, periksa Rahyono,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA PENELITIAN TERKAIT

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA PENELITIAN TERKAIT 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA PENELITIAN TERKAIT 2.0 Pengantar Penelitian mengenai prosodi khususnya intonasi kalimat bahasa Indonesia ini adalah bukan merupakan penelitian yang baru. Telah ada sebelumnya beberapa

Lebih terperinci

RESENSI BUKU. Judul. : Fonetik Akustik: Sebuah Pengantar Telaah Wujud Akustik Bahasa

RESENSI BUKU. Judul. : Fonetik Akustik: Sebuah Pengantar Telaah Wujud Akustik Bahasa RESENSI BUKU Judul : Fonetik Akustik: Sebuah Pengantar Telaah Wujud Akustik Bahasa Penulis : Yusup Irawan Tebal Buku : 224 + xviii halaman Edisi/ISBN : 2017/978-979-665-923-4 Penerbit : Angkasa, Bandung

Lebih terperinci

DURASI DAN FREKUENSI KALIMAT BAHASA JAWA KODYA YOGYAKARTA

DURASI DAN FREKUENSI KALIMAT BAHASA JAWA KODYA YOGYAKARTA DURASI DAN FREKUENSI KALIMAT BAHASA JAWA KODYA YOGYAKARTA Henry Yustanto 1 ; Djatmika 2 ; Sugiyono 3 1 Mahasiswa S3 Linguistik Deskriptif Pascasarjana Universitas Sebelas Maret, Surakarta 2 Universitas

Lebih terperinci

SUPRASEGMENTAL BAHASA SILADANG

SUPRASEGMENTAL BAHASA SILADANG SUPRASEGMENTAL BAHASA SILADANG Tengku Syarfina Balai Bahasa Medan ABSTRAK Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang merupakan alat komunikasi manusia. Bunyi-bunyi yang dihasilkan perempuan dan laki-laki

Lebih terperinci

Pengantar. Aspek Fisiologis Bahasa. Aspek Fisik Bahasa 13/10/2014. Pengantar Linguistik Umum 01 Oktober Aspek Fisiologis Bahasa

Pengantar. Aspek Fisiologis Bahasa. Aspek Fisik Bahasa 13/10/2014. Pengantar Linguistik Umum 01 Oktober Aspek Fisiologis Bahasa Pengantar Aspek Fisiologis Bahasa Pengantar Linguistik Umum 01 Oktober 2014 Aspek Fisiologis Bahasa WUJUD FISIK BAHASA Ciri2 fisik bahasa yg dilisankan Aspek Fisik Bahasa Bgmn bunyi bahasa itu dihasilkan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Ciri akustik penutur asli BK dan penutur asli BI, serta perbedaan ciri akustik pada penutur asli BK dan penutur asli BK adalah sebagai berikut. 1. Nada tertinggi penutur

Lebih terperinci

CIRI AKUSTIK BAHASA JERMAN

CIRI AKUSTIK BAHASA JERMAN CIRI AKUSTIK BAHASA JERMAN Tanti Kurnia Sari Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan ABSTRAK Ciri universal dari bahasa yang paling umum adalah bahwa bahasa itu mempunyai bunyi bahasa yang terdiri

Lebih terperinci

PROSODI PISUHAN JAMPUT PADA PENUTUR JAWA SURABAYA

PROSODI PISUHAN JAMPUT PADA PENUTUR JAWA SURABAYA PROSODI PISUHAN JAMPUT PADA PENUTUR JAWA SURABAYA Siti Rumaiyah Prodi Sastra Indonesia Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Surabaya ayum1_galz@yahoo.com Agusniar Dian Savitri Agusniar_dian@yahoo.com

Lebih terperinci

CIRI PROSODI KESANTUNAN BERBAHASA DALAM INTERAKSI INSTRUKSIONAL GURU SD DI SURABAYA

CIRI PROSODI KESANTUNAN BERBAHASA DALAM INTERAKSI INSTRUKSIONAL GURU SD DI SURABAYA CIRI PROSODI KESANTUNAN BERBAHASA DALAM INTERAKSI INSTRUKSIONAL GURU SD DI SURABAYA Agung Pramujiono Universitas PGRI Adi Buana Surabaya agungpramujiono.unipasby@gmail.com Abstrak Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Abercombie, David Elements of General Phonetics. Chicago: Aldine Publishing Company.

DAFTAR PUSTAKA. Abercombie, David Elements of General Phonetics. Chicago: Aldine Publishing Company. DAFTAR PUSTAKA Abercombie, David. 1967. Elements of General Phonetics. Chicago: Aldine Publishing Company. Ali, Lukman et al. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Keempat. Jakarta: Balai Pustaka. Alwi,

Lebih terperinci

ANALISIS UJI PERSEPSI: Intonasi Kalimat Perintah Bahasa Indonesia oleh Penutur Bahasa Jepang

ANALISIS UJI PERSEPSI: Intonasi Kalimat Perintah Bahasa Indonesia oleh Penutur Bahasa Jepang Susi Herti Afriani Analisis Uji Persepsi: Intonasi 149 ANALISIS UJI PERSEPSI: Intonasi Kalimat Perintah Bahasa Indonesia oleh Penutur Bahasa Jepang Oleh: Oleh Susi Herti Afriani Program Studi Bahasa dan

Lebih terperinci

PROSODI BAHASA SILADANG SUMATERA UTARA

PROSODI BAHASA SILADANG SUMATERA UTARA PROSODI BAHASA SILADANG SUMATERA UTARA Oleh Tengku Syarfina Tengku Silvana Sinar Universitas Sumatra Utara Abstrak Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang merupakan alat komunikasi manusia. Selanjutnya,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Informan dan Lokasi Dalam penelitian ini, pengambilan struktur melodik dan struktur temporal bahasa Indonesia yang digunakan oleh penutur asli bahasa Korea dan penutur asli

Lebih terperinci

PEMARKAH KEINTEROGATIFAN CIRI AKUSTIK DALAM BAHASA KARO

PEMARKAH KEINTEROGATIFAN CIRI AKUSTIK DALAM BAHASA KARO TESIS PEMARKAH KEINTEROGATIFAN CIRI AKUSTIK DALAM BAHASA KARO O L E H ASNI BARUS 057009002 SEKOLAH PASCA SARJANA PROGRAM STUDI LINGUISTIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2007 PEMARKAH KEINTEROGATIFAN

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, KERANGKA TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA. menggambarkan dan menganalisis gelombang suara dengan menggunakan mesin dan

BAB II KONSEP, KERANGKA TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA. menggambarkan dan menganalisis gelombang suara dengan menggunakan mesin dan BAB II KONSEP, KERANGKA TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA 2.4 Konsep 2.4.1 Fonetik Akustik Fonetik akustik merupakan daerah teknis linguistik. Para ahli fonetik akustik menggambarkan dan menganalisis gelombang

Lebih terperinci

KONTRAS TUTURAN DEKLARATIF DAN INTEROGATIF BAHASA BATAK TOBA (KAJIAN FONETIK AKUSTIK) TESIS

KONTRAS TUTURAN DEKLARATIF DAN INTEROGATIF BAHASA BATAK TOBA (KAJIAN FONETIK AKUSTIK) TESIS KONTRAS TUTURAN DEKLARATIF DAN INTEROGATIF BAHASA BATAK TOBA (KAJIAN FONETIK AKUSTIK) TESIS Oleh : VERACI SILALAHI 057009013/LNG SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2007 Judul Tesis :

Lebih terperinci

PENGUKURAN SPEKTRUM SUARA MANUSIA LANSIA BERDASARKAN JENIS KELAMIN DAN SUKU MENGGUNAKAN SOFTWARE PRAAT

PENGUKURAN SPEKTRUM SUARA MANUSIA LANSIA BERDASARKAN JENIS KELAMIN DAN SUKU MENGGUNAKAN SOFTWARE PRAAT PENGUKURAN SPEKTRUM SUARA MANUSIA LANSIA BERDASARKAN JENIS KELAMIN DAN SUKU MENGGUNAKAN SOFTWARE PRAAT Salomo, Natalia, Erwin Jurusan Fisika FMIPA Universitas Riau Pekanbaru email:m.cnatalia@yahoo.co.id

Lebih terperinci

PENENTUAN FREKUENSI FUNDAMENTAL DAN FORMANT SUARA MANUSIA DEWASA BERDASARKAN PERBEDAAN SUKU DAN GENDER MENGGUNAKAN SOFTWARE PRAAT

PENENTUAN FREKUENSI FUNDAMENTAL DAN FORMANT SUARA MANUSIA DEWASA BERDASARKAN PERBEDAAN SUKU DAN GENDER MENGGUNAKAN SOFTWARE PRAAT PENENTUAN FREKUENSI FUNDAMENTAL DAN FORMANT SUARA MANUSIA DEWASA BERDASARKAN PERBEDAAN SUKU DAN GENDER MENGGUNAKAN SOFTWARE PRAAT Endah Mulyani (1), Erwin (2), dan Salomo (2) 1 Jurusan Fisika FMIPA Universitas

Lebih terperinci

PENELITIAN EKSPERIMENTAL INTONASI PEMARKAH KETAKSAAN UJARAN (Kajian Fonetik)

PENELITIAN EKSPERIMENTAL INTONASI PEMARKAH KETAKSAAN UJARAN (Kajian Fonetik) Konferensi Nasional Ilmu Sosial & Teknologi (KNiST) Maret 217, pp. 57~65 57 PENELITIAN EKSPERIMENTAL INTONASI PEMARKAH KETAKSAAN UJARAN (Kajian Fonetik) Juniato Sidauruk 1, Jimmi 2 1 AMIK / ABA BSI JAKARTA

Lebih terperinci

KENDALA PROSODI PEMBELAJAR BAHASA PRANCIS DI MEDAN

KENDALA PROSODI PEMBELAJAR BAHASA PRANCIS DI MEDAN KENDALA PROSODI PEMBELAJAR BAHASA PRANCIS DI MEDAN DISERTASI HESTI FIBRIASARI 078107002/LNG SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2012 Judul Disertasi Nama Mahasiswa : KENDALA PROSODI PEMBELAJAR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan manusia. Bahasa digunakan manusia untuk mengungkapkan

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan manusia. Bahasa digunakan manusia untuk mengungkapkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan sarana komunikasi antarmanusia yang digunakan untuk berinteraksi dalam masyarakat. Bahasa memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sintesis suara percakapan adalah pembangkitan suara percakapan dari tulisan atau teks yang dilakukan dengan program komputer. Saat ini sedang diusahakan agar

Lebih terperinci

NILAI FORMAN DAN KARAKTERISTIK BUNYI UJARAN PADA AUTISM SPECTRUM DISORDER (ASD) DAN ANAK NORMAL

NILAI FORMAN DAN KARAKTERISTIK BUNYI UJARAN PADA AUTISM SPECTRUM DISORDER (ASD) DAN ANAK NORMAL Prosiding PESAT (Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitektur &Teknik Sipil) Vol. 6, Oktober 215 NILAI FORMAN DAN KARAKTERISTIK BUNYI UJARAN PADA AUTISM SPECTRUM DISORDER (ASD) DAN ANAK NORMAL Tri Wahyu Retno

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang bunyi bersifat arbitrer yang dipergunakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang bunyi bersifat arbitrer yang dipergunakan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat utama dalam komunikasi dan memiliki daya ekspresi dan informatif yang besar. Bahasa sangat dibutuhkan oleh manusia karena dengan bahasa manusia

Lebih terperinci

ANALISA PENGARUH PENYAKIT FLU DAN BATUK TERHADAP SUARA PENDERITA DENGAN MENGGUNAKAN KOMPUTER

ANALISA PENGARUH PENYAKIT FLU DAN BATUK TERHADAP SUARA PENDERITA DENGAN MENGGUNAKAN KOMPUTER ANALISA PENGARUH PENYAKIT FLU DAN BATUK TERHADAP SUARA PENDERITA DENGAN MENGGUNAKAN KOMPUTER Devi Lina (1), Erwin (2), dan Antonius Surbakti (2) 1 Mahasiswa Jurusan Fisika 2 Dosen Jurusan Fisika Fakultas

Lebih terperinci

SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN CIRI AKUSTIK TUTURAN MODUS DEKLARATIF BAHASA JAWA PENUTUR DI MEDAN (PERBANDINGAN DENGAN CIRI AKUSTIK TUTURAN MODUS DEKLARATIF BAHASA JAWA PENUTUR DI SOLO) TESIS WAWAN PRIHARTONO NIM 107009006 SEKOLAH PASCASARJANA

Lebih terperinci

PENGUKURAN BUNYI DENGAN MEMANFAATKAN ZELSCOPE DALAM PEMBELAJARAN

PENGUKURAN BUNYI DENGAN MEMANFAATKAN ZELSCOPE DALAM PEMBELAJARAN PENGUKURAN BUNYI DENGAN MEMANFAATKAN ZELSCOPE DALAM PEMBELAJARAN Fransina Rambu Woleka, Joko Budiyono,Made Rai Suci Shanti, Ferdy Semuel Rondonuwu Jurusan Pendidikan Fisika, Fakultas Sains dan Matematika

Lebih terperinci

CIRI-CIRI PROSODI ATAU SUPRASEGMENTAL DALAM BAHASA INDONESIA

CIRI-CIRI PROSODI ATAU SUPRASEGMENTAL DALAM BAHASA INDONESIA TUGAS KELOMPOK CIRI-CIRI PROSODI ATAU SUPRASEGMENTAL DALAM BAHASA INDONESIA MATA KULIAH : FONOLOGI DOSEN : Yuyun Safitri, S.Pd DISUSUN OLEH: ANSHORY ARIFIN ( 511000228 ) FRANSISKA B.B ( 511000092 ) HAPPY

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. itu terdiri atasbahasa tulis, bahasa lisan dan bahasa isyarat.komunikasilisan yang

BAB I PENDAHULUAN. itu terdiri atasbahasa tulis, bahasa lisan dan bahasa isyarat.komunikasilisan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa tidak dapat dipisahkan dari orang yang menuturkannya. Walaupun perwujudan pertuturan itu adalah hasil kegiatan seseorang sebagai individu, tetapi bahasa tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam kehidupannya memerlukan komunikasi untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam kehidupannya memerlukan komunikasi untuk dapat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam kehidupannya memerlukan komunikasi untuk dapat menjalin hubungan dengan manusia lain dalam lingkungan masyarakat. Ada dua cara untuk dapat melakukan

Lebih terperinci

BAB 4 KESIMPULAN. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan serta temuan kasus yang telah

BAB 4 KESIMPULAN. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan serta temuan kasus yang telah BAB 4 KESIMPULAN 4.1 Pengantar Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan serta temuan kasus yang telah didapatkan, ada beberapa hal yang dapat disimpulkan dan disarankan untuk penelitian selanjutnya.

Lebih terperinci

ANALISIS VOCAL TRACT PADA KAJIAN AKUSTIK VOKAL BAHASA INDONESIA

ANALISIS VOCAL TRACT PADA KAJIAN AKUSTIK VOKAL BAHASA INDONESIA ANALISIS VOCAL TRACT PADA KAJIAN AKUSTIK VOKAL BAHASA INDONESIA Ichwan Suyudi 1 Debyo Saptono 2 Fakultas Sastra Inggris, Universitas Gunadarma 1 ichwan, 2 debyo{@staff.gunadarma.ac.id} ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.2 Tujuan. Tujuan pembuatan makalah ini salah satunya adalah untuk memenuhi tugas bahasa Indonesia dan bertujuan untuk :

BAB I PENDAHULUAN. 1.2 Tujuan. Tujuan pembuatan makalah ini salah satunya adalah untuk memenuhi tugas bahasa Indonesia dan bertujuan untuk : BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Bahasa memiliki peranan penting dalam kehidupan, karena selain digunakan sebagaialat komunikasi secara langsung, bahasa juga dapat digunakan sebagai alat komunikasi

Lebih terperinci

PROSODI PANTUN MELAYU (DALAM ACARA PERKAWINAN ADAT MELAYU DELI) TESIS. Oleh HENILIA /LNG

PROSODI PANTUN MELAYU (DALAM ACARA PERKAWINAN ADAT MELAYU DELI) TESIS. Oleh HENILIA /LNG PROSODI PANTUN MELAYU (DALAM ACARA PERKAWINAN ADAT MELAYU DELI) TESIS Oleh HENILIA 067009007/LNG S E K O L A H PA S C A S A R J A N A SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2008 PROSODI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Cara pengungkapan maksud dan tujuan berbeda-beda dalam peristiwa

BAB I PENDAHULUAN. Cara pengungkapan maksud dan tujuan berbeda-beda dalam peristiwa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cara pengungkapan maksud dan tujuan berbeda-beda dalam peristiwa berbahasa. Sebagian orang menggunakan bahasa lisan atau tulisan dengan menggunakan kata-kata yang jelas

Lebih terperinci

ANALISIS MODEL PROSODI UNTUK KALIMAT TANYA PADA BAHASA INDONESIA Desi Novianti ABSTRAK

ANALISIS MODEL PROSODI UNTUK KALIMAT TANYA PADA BAHASA INDONESIA Desi Novianti ABSTRAK ANALISIS MODEL PROSODI UNTUK KALIMAT TANYA PADA BAHASA INDONESIA Desi Novianti n_desi_a@yahoo.com ABSTRAK Pada masa sekarang ini, dimana telekomunikasi telah berbasis komputer. Telekomunikasi sudah bisa

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI Suara. Suara adalah sinyal atau gelombang yang merambat dengan frekuensi dan

BAB II DASAR TEORI Suara. Suara adalah sinyal atau gelombang yang merambat dengan frekuensi dan BAB II DASAR TEORI 2. 1 Suara Suara adalah sinyal atau gelombang yang merambat dengan frekuensi dan amplitude tertentu melalui media perantara yang dihantarkannya seperti media air, udara maupun benda

Lebih terperinci

MODUL 2 SINYAL DAN SUARA

MODUL 2 SINYAL DAN SUARA MODUL 2 SINYAL DAN SUARA 2.1. Pembangkitan Sinyal Ucapan pada Manusia Speech (ucapan/wicara) dihasilkan dari sebuah kerjasama antara paru-paru (lungs), pangkal tenggorokan pada pita suara (glottis) dan

Lebih terperinci

udara maupun benda padat. Manusia dapat berkomunikasi dengan manusia dari gagasan yang ingin disampaikan pada pendengar.

udara maupun benda padat. Manusia dapat berkomunikasi dengan manusia dari gagasan yang ingin disampaikan pada pendengar. BAB II DASAR TEORI 2.1 Suara (Speaker) Suara adalah sinyal atau gelombang yang merambat dengan frekuensi dan amplitudo tertentu melalui media perantara yang dihantarkannya seperti media air, udara maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. huruf, kata dan bahasa. Bunyi bahasa yang dihasilkan penderita khususnya

BAB I PENDAHULUAN. huruf, kata dan bahasa. Bunyi bahasa yang dihasilkan penderita khususnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bunyi ujaran adalah bunyi yang dihasilkan alat ucap manusia baik berupa huruf, kata dan bahasa. Bunyi bahasa yang dihasilkan penderita khususnya mengalami stroke (Afasia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tata kalimat, dan tata makna. Ciri-ciri merupakan hakikat bahasa, antara lain:

BAB I PENDAHULUAN. tata kalimat, dan tata makna. Ciri-ciri merupakan hakikat bahasa, antara lain: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa sebagai rangkaian bunyi yang mempunyai makna tertentu yang dikenal sebagai kata, melambangkan suatu konsep. Setiap bahasa sebenarnya mempunyai ketetapan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. gejala sosial, yang dinyatakan dalam istilah atau kata (Malo, 1985:46). Untuk

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. gejala sosial, yang dinyatakan dalam istilah atau kata (Malo, 1985:46). Untuk BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah ide-ide, penggambaran, hal-hal, atau benda-benda ataupun gejala sosial, yang dinyatakan dalam istilah atau kata (Malo, 1985:46).

Lebih terperinci

INSTRUMEN PENILAIAN AUDIO TERINTEGRASI BUKU TEKS PELAJARAN BAHASA ASING SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) / MADRASAH ALIYAH (MA)

INSTRUMEN PENILAIAN AUDIO TERINTEGRASI BUKU TEKS PELAJARAN BAHASA ASING SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) / MADRASAH ALIYAH (MA) INSTRUMEN PENILAIAN AUDIO TERINTEGRASI BUKU TEKS PELAJARAN BAHASA ASING SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) / MADRASAH ALIYAH (MA) KODE BUKU KOMPONEN A. FUNGSI MENUNJANG PEMBELAJAR AN 1. Menunjang pencapaian kompetensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diversitas kualitas permainan musik antara satu pemusik dengan pemusik lainnya makin kentara untuk permainan alat musik yang membutuhkan intonasi berdasarkan pemain.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suara adalah merupakan gabungan berbagai sinyal, tetapi suara murni secara teoritis dapat dijelaskan dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suara adalah merupakan gabungan berbagai sinyal, tetapi suara murni secara teoritis dapat dijelaskan dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suara adalah merupakan gabungan berbagai sinyal, tetapi suara murni secara teoritis dapat dijelaskan dengan kecepatan osilasi atau frekuensi yang diukur dalam Hertz

Lebih terperinci

Konversi dari Teks ke Ucapan

Konversi dari Teks ke Ucapan Konversi dari Teks ke Ucapan Oleh : Arry Akhmad Arman Peneliti dan Dosen di Departemen Teknik Elektro ITB Email : aa@lss.ee.itb.ac.id, aa_arman@rocketmail.com Sistem to Speech pada prinsipnya terdiri dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia satu dengan manusia lainnya berbeda-beda intonasi dan nadanya, maka

BAB I PENDAHULUAN. manusia satu dengan manusia lainnya berbeda-beda intonasi dan nadanya, maka BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Suara adalah suatu alat komunikasi paling utama yang dimiliki oleh manusia. Dengan suara, manusia dapat berkomunikasi dengan manusia lainnya. Melalui suara,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan sebagai lingua franka dalam komunikasi internasional selain bahasa Inggris,

BAB I PENDAHULUAN. dan sebagai lingua franka dalam komunikasi internasional selain bahasa Inggris, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa Arab adalah bahasa yang dipakai dalam dunia internasional yang memainkan peranan penting sebagai salah satu dari enam bahasa resmi di dunia dan sebagai lingua

Lebih terperinci

ANALISIS SPEKTRUM SUARA MANUSIA BERDASARKAN JENIS KELAMIN (GENDER) DAN KELOMPOK UMUR MENGGUNAKAN KOMPUTER. Widia Rahim*, Erwin, Usman Malik

ANALISIS SPEKTRUM SUARA MANUSIA BERDASARKAN JENIS KELAMIN (GENDER) DAN KELOMPOK UMUR MENGGUNAKAN KOMPUTER. Widia Rahim*, Erwin, Usman Malik ANALISIS SPEKTRUM SUARA MANUSIA BERDASARKAN JENIS KELAMIN (GENDER) DAN KELOMPOK UMUR MENGGUNAKAN KOMPUTER Widia Rahim*, Erwin, Usman Malik Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Kampus

Lebih terperinci

Scientific Echosounders

Scientific Echosounders Scientific Echosounders Namun secara secara elektronik didesain dengan amplitudo pancaran gelombang yang stabil, perhitungan waktu yang lebih akuran dan berbagai menu dan software tambahan. Contoh scientific

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Dalam bab 5 ini, peneliti memaparkan hasil simpulan dan saran. Simpulan

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Dalam bab 5 ini, peneliti memaparkan hasil simpulan dan saran. Simpulan 522 BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN Dalam bab 5 ini, peneliti memaparkan hasil simpulan dan saran. Simpulan dan saran dipaparkan berdasarkan temuan penelitian dalam menjawab rumusan masalah yang dijabarkan melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan kemajuan ekonomi negaranya membuat bahasa Mandarin menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan kemajuan ekonomi negaranya membuat bahasa Mandarin menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa Mandarin merupakan bahasa resmi Republik Rakyat Tiongkok. Seiring dengan kemajuan ekonomi negaranya membuat bahasa Mandarin menjadi bahasa Internasional

Lebih terperinci

SILABUS FONOLOGI BAHASA INDONESIA BIL002. Ardhana Reswari, MA.

SILABUS FONOLOGI BAHASA INDONESIA BIL002. Ardhana Reswari, MA. Halaman : Page 1 of 5 SILABUS FONOLOGI BAHASA INDONESIA BIL002 Ardhana Reswari, MA. PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS BAHASA DAN SASTRA UNIVERSITAS KANJURUHAN MALANG 1 Halaman

Lebih terperinci

MODUL 1 PROSES PEREKAMAN DAN PENGEDITAN SINYAL WICARA

MODUL 1 PROSES PEREKAMAN DAN PENGEDITAN SINYAL WICARA MODUL 1 PROSES PEREKAMAN DAN PENGEDITAN SINYAL WICARA I. TUJUAN - Mahasiswa mampu melakukan proses perekaman dan pengeditan sinyal wicara dengan menggunakan perangkat lunak. II. DASAR TEORI 2.1. Pembangkitan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. bab sebelumnya. Analisis jenis kalimat, bentuk penanda dan fungsi tindak tutur

BAB V PENUTUP. bab sebelumnya. Analisis jenis kalimat, bentuk penanda dan fungsi tindak tutur BAB V PENUTUP A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya. Analisis jenis kalimat, bentuk penanda dan fungsi tindak tutur komisif bahasa Jawa dalam

Lebih terperinci

FREKUENSI FORMAN SEBAGAI MODEL AKUSTIK TABUNG SEDERHANA DARI VOCAL TRACT

FREKUENSI FORMAN SEBAGAI MODEL AKUSTIK TABUNG SEDERHANA DARI VOCAL TRACT FREKUENSI FORMAN SEBAGAI MODEL AKUSTIK TABUNG SEDERHANA DARI VOCAL TRACT Muhammad Subali 1, Djasiodi Djasri 2, Neneng Alawiyah3 3 1 Teknik Informatika,STT Multimedia Cendikia Abditama 2,,Teknik Elektro,STT

Lebih terperinci

Krisis Kepercayaan Diri Mahasiswa dalam Berkomunikasi Menggunakan Bahasa Inggris

Krisis Kepercayaan Diri Mahasiswa dalam Berkomunikasi Menggunakan Bahasa Inggris Krisis Kepercayaan Diri Mahasiswa dalam Berkomunikasi Menggunakan Bahasa Inggris Oeh: Theresia Budi Sucihati, M.Pd. Dosen Tetap Yayasan STKIP PGRI NGAWI Mahasiswa dalam peraturan dipungkiri bahasa Inggris

Lebih terperinci

Pengenalan Fonem Vokal Bahasa Jawa Mataraman Menggunakan Metode Liner Predictive Model Dan Hidden Markov Model

Pengenalan Fonem Vokal Bahasa Jawa Mataraman Menggunakan Metode Liner Predictive Model Dan Hidden Markov Model Pengenalan Fonem Vokal Bahasa Jawa Mataraman Menggunakan Metode Liner Predictive Model Dan Hidden Markov Model Ziaul Haq, Teknik Informatika S1,Universitas Dian Nuswantoro Semarang Abstract Pengenalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat untuk berkomuniksai yang tak pernah lepas dalam

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat untuk berkomuniksai yang tak pernah lepas dalam BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat untuk berkomuniksai yang tak pernah lepas dalam kehidupan sehari-hari kita. Dengan bahasa kita dapat menyampaikan maksud, pikiran, akal,

Lebih terperinci

ANALISA KARAKTERISTIK SPEKTRUM SUARA ANAK PAUD MENGGUNAKAN SOFTWARE PRAAT. Juli Hartanti *, Erwin, Riad Syech

ANALISA KARAKTERISTIK SPEKTRUM SUARA ANAK PAUD MENGGUNAKAN SOFTWARE PRAAT. Juli Hartanti *, Erwin, Riad Syech ANALISA KARAKTERISTIK SPEKTRUM SUARA ANAK PAUD MENGGUNAKAN SOFTWARE PRAAT Juli Hartanti *, Erwin, Riad Syech Jurusan fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Riau Kampus Bina Widya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagi masyarakat. Bahasa merupakan ciri yang paling khas dari manusia

BAB I PENDAHULUAN. bagi masyarakat. Bahasa merupakan ciri yang paling khas dari manusia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan salah satu sarana komunikasi sangat penting bagi masyarakat. Bahasa merupakan ciri yang paling khas dari manusia yang mampu membedakan dari

Lebih terperinci

2. Dasar Teori 2.1 Deskripsi Biologi Kuli bia

2. Dasar Teori 2.1 Deskripsi Biologi Kuli bia dijelaskan secara teknis. Sebagai contoh, hanya dengan melihat bentuk salah satu jenis kuli bia, posisi yang tepat untuk pembuatan lubang tiup sehingga dapat menghasilkan bunyi bisa ditentukan. Kesalahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Musik sudah menjadi bagian integral dari kehidupan manusia. Melalui berbagai catatan sejarah maupun dalam kitab-kitab suci berbagai agama, dapat diketahui bahwa manusia

Lebih terperinci

Manipulasi suara ucapan (speech morphing)

Manipulasi suara ucapan (speech morphing) pernah tahu? Play Play Manipulasi suara ucapan (speech morphing) Proses manipulasi Sintesis parameter-parameter Suatu proses pembangkitan suara ucapan fisik suara ucapan yang terdapat pada sinyal suara,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia memiliki dialek oleh karena seperti

BAB I PENDAHULUAN. dengan bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia memiliki dialek oleh karena seperti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah salah satu identitas sebuah bangsa demikian juga halnya dengan bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia memiliki dialek oleh karena seperti bahasa Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekitar, ilmu pengetahuan dan nilai-nilai moral atau agama. Tidak dapat. kebutuhan manusia satu dengan yang lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. sekitar, ilmu pengetahuan dan nilai-nilai moral atau agama. Tidak dapat. kebutuhan manusia satu dengan yang lainnya. 1 BAB I PENDAHULUAN A LATAR BELAKANG Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat dwibahasa yang berbahasa pertama bahasa daerah dan berbahasa kedua bahasa Indonesia. Bahasa sebagai alat komunikasi mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Mandarin adalah bahasa nasional yang digunakan masyarakat. digunakan oleh penduduk di muka bumi ini (Hwat, 2007: 1).

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Mandarin adalah bahasa nasional yang digunakan masyarakat. digunakan oleh penduduk di muka bumi ini (Hwat, 2007: 1). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa Mandarin adalah bahasa nasional yang digunakan masyarakat Tionghoa untuk berkomunikasi. Bahasa ini muncul sebagai bahasa paling banyak penuturnya saat ini. Bahasa

Lebih terperinci

Setelah mengikuti praktikum mata kuliah ini mahasiswa akan mampu memahami komponenkomponen

Setelah mengikuti praktikum mata kuliah ini mahasiswa akan mampu memahami komponenkomponen 2. Konsep-Konsep Dasar Tujuan: Setelah mengikuti praktikum mata kuliah ini mahasiswa akan mampu memahami komponenkomponen gelombang suara. Deskripsi: Praktikum ini akan meliputi beberapa kegiatan seperti:

Lebih terperinci

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada masa sekarang, Digital Signal Processing (DSP) atau pemrosesan sinyal digital sudah banyak diterapkan di berbagai bidang karena data dalam bentuk digital

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Perkembangan teknologi yang semakin meningkat mendorong Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Perkembangan teknologi yang semakin meningkat mendorong Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan teknologi yang semakin meningkat mendorong Indonesia mencapai tahap industrialisasi, yaitu adanya berbagai macam industri yang ditunjang dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meningkatnya ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya pada bidang komunikasi saat ini berkembang dengan cepat. Kemajuan teknologi bertujuan untuk mempermudah kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. komunikasi. Bahasa merupakan alat komunikasi dan interaksi yang dimiliki oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. komunikasi. Bahasa merupakan alat komunikasi dan interaksi yang dimiliki oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa memiliki fungsi yang sangat penting bagi manusia, terutama fungsi komunikasi. Bahasa merupakan alat komunikasi dan interaksi yang dimiliki oleh manusia dan menjadi

Lebih terperinci

Fisika Umum (MA-301) Topik hari ini: Getaran dan Gelombang Bunyi

Fisika Umum (MA-301) Topik hari ini: Getaran dan Gelombang Bunyi Fisika Umum (MA-301) Topik hari ini: Getaran dan Gelombang Bunyi Getaran dan Gelombang Hukum Hooke F s = - k x F s adalah gaya pegas k adalah konstanta pegas Konstanta pegas adalah ukuran kekakuan dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Membaca merupakan bagian terpenting dari pelajaran bahasa Indonesia di

BAB I PENDAHULUAN. Membaca merupakan bagian terpenting dari pelajaran bahasa Indonesia di 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Membaca merupakan bagian terpenting dari pelajaran bahasa Indonesia di kelas yang paling dasar, bahkan dapat dikatakan pelajaran yang paling dominan. Tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ada dua proses yang terjadi, yaitu proses kompetensi dan proses performansi.

BAB I PENDAHULUAN. ada dua proses yang terjadi, yaitu proses kompetensi dan proses performansi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerolehan bahasa atau akuisisi bahasa adalah proses yang berlangsung di dalam otak seorang anak ketika dia memperoleh bahasa pertamanya atau bahasa ibunya (Simanjuntak:1987:157).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan bahasa, terdapat aturan-aturan pemakaian bahasa yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan bahasa, terdapat aturan-aturan pemakaian bahasa yang dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan sarana untuk berkomunikasi antar sesama. Melalui bahasa manusia dapat mengekspresikan ide dan gagasan yang ada di dalam pikiran. Di dunia ini terdapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini yang selanjutnya disebut Paud merupakan pendidikan yang sangat mendasar dan sangat menentukan bagi perkembangan anak di kemudian

Lebih terperinci

KAJIAN PUSTAKA. Fonetik merupakan ilmu yang menganalisis bunyi dan bagaimana bunyi-bunyi

KAJIAN PUSTAKA. Fonetik merupakan ilmu yang menganalisis bunyi dan bagaimana bunyi-bunyi KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kerangka Teori Fonetik merupakan ilmu yang menganalisis bunyi dan bagaimana bunyi-bunyi tersebut dihasilkan dalam proses komunikasi. Fonetik akustik mengkaji gelombang suara sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa Arab adalah bahasa yang dipakai dalam dunia internasional yang memainkan peranan penting sebagai salah satu dari enam bahasa resmi di dunia dan sebagai lingua

Lebih terperinci

KEMAMPUAN GURU MENGANALISIS KESALAHAN BERBAHASA INDONESIA RAGAM TULIS SISWA

KEMAMPUAN GURU MENGANALISIS KESALAHAN BERBAHASA INDONESIA RAGAM TULIS SISWA KEMAMPUAN GURU MENGANALISIS KESALAHAN BERBAHASA INDONESIA RAGAM TULIS SISWA Kata Kunci : Azhar Umar Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan ABSTRAK Penelitian ini mengkaji kemampuan guru bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap anak yang terlahir ke dunia ini secara alamiah telah dilengkapi

BAB I PENDAHULUAN. Setiap anak yang terlahir ke dunia ini secara alamiah telah dilengkapi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap anak yang terlahir ke dunia ini secara alamiah telah dilengkapi dengan seperangkat kemampuan untuk berbahasa. Seorang anak menggunakan bahasa pertamanya untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan alat komunikasi sehari-hari yang digunakan oleh manusia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan alat komunikasi sehari-hari yang digunakan oleh manusia. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi sehari-hari yang digunakan oleh manusia. Dengan bahasa seseorang juga dapat menyampaikan pikiran dan perasaan secara tepat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam bukunya Speech Act: An Essay in The Philosophy of Language dijelaskan

BAB I PENDAHULUAN. dalam bukunya Speech Act: An Essay in The Philosophy of Language dijelaskan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan media pembentuk kebahasaan yang menjadi kunci pokok bagi kehidupan manusia di dunia ini, karena melalui bahasa baik verbal maupun non verbal manusia

Lebih terperinci

Audiometri. dr. H. Yuswandi Affandi, Sp. THT-KL

Audiometri. dr. H. Yuswandi Affandi, Sp. THT-KL Audiometri dr. H. Yuswandi Affandi, Sp. THT-KL Definisi Audiogram adalah suatu catatan grafis yang diambil dari hasil tes pendengaran dengan menggunakan alat berupa audiometer, yang berisi grafik batas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. database dan database query, secara keseluruhan menggunakan cara yang sama.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. database dan database query, secara keseluruhan menggunakan cara yang sama. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Experimen Pada dasarnya tahapan yang dilakukan pada proses pengambilan sampel dari database dan database query, secara keseluruhan menggunakan cara yang sama. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Gelombang Bunyi Menurut Anwar, et al (2014), gelombang bunyi atau lebih khusus dikenal sebagai gelombang akustik adalah gelombang longitudinal yang berada dalam sebuah medium,

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. kota Melbourne bertujuan untuk menelaah jenis, bentuk, fungsi,dan faktor-faktor

BAB V PENUTUP. kota Melbourne bertujuan untuk menelaah jenis, bentuk, fungsi,dan faktor-faktor BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan Penelitian tindak tutur ilokusi dalam papan peringatan pada sarana publik di kota Melbourne bertujuan untuk menelaah jenis, bentuk, fungsi,dan faktor-faktor yang mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. kaitannya dengan penelitian yang dilakukan. Kajian pustaka adalah langkah yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. kaitannya dengan penelitian yang dilakukan. Kajian pustaka adalah langkah yang BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka berisi beberapa hasil-hasil penelitian terdahulu yang ada kaitannya dengan penelitian yang dilakukan. Kajian pustaka

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. pembahasan dalam tesis ini. Adapun, saran akan berisi masukan-masukan dari. penulis untuk pengembangan penelitian selanjutnya.

BAB V PENUTUP. pembahasan dalam tesis ini. Adapun, saran akan berisi masukan-masukan dari. penulis untuk pengembangan penelitian selanjutnya. BAB V PENUTUP Bab V merupakan bab terakhir dari tesis ini. Bab ini akan dibagi menjadi dua bagian, yaitu kesimpulan dan saran. Kesimpulan berisi intisari dari seluruh pembahasan dalam tesis ini. Adapun,

Lebih terperinci

RAGAM DAN STRUKTUR FUNGSIONAL KALIMAT PADA TERJEMAHAN AL-QURAN SURAH LUQMAN

RAGAM DAN STRUKTUR FUNGSIONAL KALIMAT PADA TERJEMAHAN AL-QURAN SURAH LUQMAN RAGAM DAN STRUKTUR FUNGSIONAL KALIMAT PADA TERJEMAHAN AL-QURAN SURAH LUQMAN SKRIPSI Diajukan Guna Memenuhi Sebagian Syarat untuk Memperoleh Gelar S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah Oleh:

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Oleh karena itu, metode yang tepat untuk penelitian ini adalah metode. frekuensi, perhitungan mean, media atau modus.

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Oleh karena itu, metode yang tepat untuk penelitian ini adalah metode. frekuensi, perhitungan mean, media atau modus. 27 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitan Berdasarkan rumusan masalah penelitian pada bab satu, diketahui bahwa tujuan penelitian adalah untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara dua variabel,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena adanya kepentingan untuk menjalin hubungan interaksi sosial.

BAB I PENDAHULUAN. karena adanya kepentingan untuk menjalin hubungan interaksi sosial. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa adalah media komunikasi yang paling efektif bagi manusia dalam berhubungan dengan dunia di luar dirinya. Hal itu berarti bahwa fungsi utama bahasa adalah

Lebih terperinci

Analisa dan Sintesa Bunyi Dawai Pada Gitar Semi-Akustik

Analisa dan Sintesa Bunyi Dawai Pada Gitar Semi-Akustik Analisa dan Sintesa Bunyi Dawai Pada Gitar Semi-Akustik Eko Rendra Saputra, Agus Purwanto, dan Sumarna Pusat Studi Getaran dan Bunyi, Jurdik Fisika, FMIPA, UNY ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa

Lebih terperinci

CEG4B3. Randy E. Saputra, ST. MT.

CEG4B3. Randy E. Saputra, ST. MT. CEG4B3 Randy E. Saputra, ST. MT. Suara Bentuk gelombang yang berulang secara teratur = gelombang periodik Bentuk gelombang yang tidak menunjukkan keteraturan = kebisingan (noise) Bentuk gelombang yang

Lebih terperinci

PAMUJI WASKITO RAHARJO

PAMUJI WASKITO RAHARJO 1 PENGUNAAN TEKNIK TRACKING PADA PERANGKAT LUNAK SOUND FORGE Pro 10.0 UNTUK MENENTUKAN TARAF INTENSITAS ANALISA FREKUENSI BUNYI PADA BOLA PIMPONG DENGAN VARIASI BINTANG PAMUJI WASKITO RAHARJO Program Studi

Lebih terperinci